Hidup Di Asrama Baik Untuk Remaja Atau Tidak?

Anak saya seorang perempuan yang baru berusia 13 tahun, ketika dia mendapat tawaran masuk MRSM. Saya merasa senang tapi bercampur sedih.

Tentu ini seperti durian jatuh. Anak saya terpilih masuk bukan senang. Tak dapat nak lukiskan perasaan ini. Apalagi saya seorang kaum Cina yang dapat masuk MRSM.

Saya sampai stress 2 minggu sebelum memutuskan masuk MRSM sebab takut anak saya tak dapat beradaptasi dengan lingkungan sebab dia seorang saja orang Cina yang masuk asmara. Takut ini dan itu.

Masalah makanan, sebab anak saya suka makan makanan ibu dan vegetarian, walaupun tak full, tapi dia lebih memilih sayur dan buah-buahan dan makanan pedas.

Sedangkan di dalam asrama, dia mesti makan makanan kaum Melayu, Ini adalah satu tantangan yang besar.

Tapi saya kuatkan hati masukkan dia ke asrama. Bulan pertama masih ok, tapi dah masuk bulan ke-2 anak saya dah tak boleh follow sebab dia terlalu letih dan selalu kurang tidur sebab di asrama dia mesti bangun pukul 4-5 pagi dan tidur pukul 11.

Kadang -kadang bila ada row call boleh tak tidur sampai pukul 1 pagi. Saya betul2 OMG.

Tapi kawan-kawan dan guru-guru semua sangat baik terhadap anak saya. Mungkin mereka melihat dia sangat special. Saya pun sangat bersyukur.

Sampai satu bulan ni, dia nangis-nangis minta keluar. Saya melihat perubahan mental dan fisik. Dia menjadi kurus dan suka sakit-sakitan sampai kena gastric. Dia cuma complain tak cukup tidur dan rehat.

Dia juga homesick. Meskipun saya melawat dia tiap tiap minggu.

Dia cakap dia dah berusaha survive tapi tak boleh. Dia sendiri tak tahu kenapa. Dia cuma rasa sangat letih fisik dan mental. Tes 1 drop dan buat dia lebih stres.

Akhirnya saya putuskan untuk membawa dia keluar. Pertimbangan saya adalah bila dia tidak bahagia belajar di asrama, percuma juga saya paksa. 

Menurut saya, hendak masukkan anak ke asrama juga mesti lihat kemampuan mental si anak dan bila anak kita pandai, di manapun dia boleh berprestasi meskipun di sekolah biasa.

Membesarkan anak semasa masa remaja dan menemaninya membesar adalah satu moment yang tak dapat kita lupakan.

Biarkan anak membesar bersama keluarga akan membuat setiap orang tua itu bahagia dan begitu pula mental si anak.

Apapun itu biarkan anak yang memilih, kita sebagai orang tua hanya mengarahkannya. Bila dia membesar bersama kita, kita bisa memantau perkembangan mental dan minda anak tersebut.

Pencapaikan akademik bukan satu-satunya ukuran keberhasilan seseorang. 

Menempatkan anak di sekolah berasrama ada sisi positif dan negatifnya. Semua itu berpulang kepada anak itu sendiri. Jangan di paksakan agar si anak membesar dengan bahagia. 

Pada pendapat saya, Tuhan akan selalu memberikan jalan yang terbaik untuk kita asalkan kita berdoa kepadanya.

Kebersamaan bersama keluarga adalah keinginan setiap anak yang baru membesar dan membutuhkan kasih sayang keluarga. Itu yang anak saya katakan kepada saya.

“Why must I leave my family in my teenage time?”she said, “all I want is just to be an ordinary child that have my freedom and happiness. “

Demikianlah cerita dari saya, semoga bermanfaat bagi semua. 

– Cen (Bukan nama sebenar)

Hantar confession anda di sini -> https://iiumc.com/submit